Categories...

File: Konferensi Pers Kerusuhan Sumbawa

Category: editorial September 05, 2019. Credit: R. Berto Wedhatama

DESCRIPTION (EN)

Chairman of PP Muhammadiyah, Din Syamsuddin (left) and Chair of Parisada Hindu Dharma Indonesia, Sang Nyoman Suwisma (right) showed statements of attitude from interfaith leaders in the Center for Dialogue and Cooperation among Civilization (CDCC) building in Gondangdia, Menteng, Central Jakarta, Sunday (1/27/2013) in a press conference related to the Sumbawa riots. Interfaith leaders reject the incident in Sumbawa referred to as social conflict. The reason, the incident only lasted unilaterally. In Sumbawa, what happened was anarchistic acts such as vandalism and criminal acts such as looting against certain groups of people. The leaders also requested that the public should not easily link individual or criminal incidents with matters related to SARA sentiment. -JP / R. Berto Wedhatama / Adi / 19


DESCRIPTION (ID)

Ketua Umum PP Muhammadiyah, Din Syamsuddin (kiri) dan Ketua Umum Parisada Hindu Dharma Indonesia, Sang Nyoman Suwisma (kanan) menunjukkan pernyataan sikap dari tokoh-tokoh lintas agama di gedung Centre for Dialogue and Cooperation among Civilization (CDCC) di Gondangdia, Menteng, Jakarta Pusat, Minggu (27/1/2013) dalam konferensi pers terkait kerusuhan Sumbawa. Para tokoh lintas agama menolak kejadian di Sumbawa disebut sebagai konflik sosial. Alasannya, peristiwa itu hanya berlangsung sepihak. Di Sumbawa, yang terjadi adalah aksi anarkistis seperti perusakan dan tindakan kriminalitas seperti penjarahan terhadap sekelompok masyarakat tertentu. Para tokoh juga meminta agar masyarakat jangan mudah menghubungkan kejadian individual atau kriminal dengan hal-hal terkait sentimen SARA. -JP/R. Berto Wedhatama/Adi/19


PURCHASE THIS IMAGE

Download

Keyword